Kamis, 20 Desember 2012

Operator Jangan Cuma Jadi 'Penjaga Pintu Tol'!

Jakarta - Tak bisa dipungkiri, persaingan antar operator seluler di Indonesia sudah begitu ketat. Mereka pun berlomba-lomba membangun jaringan broadband demi menarik perhatian pelanggan.

Nah, jaringan broadband ini sering kali dianalogikan sebagai jalan tol. Dimana pada jalur tersebut, pengguna dapat ngebut dengan kecepatan tinggi guna menikmati berbagai layanan.

Operator boleh saja punya 'semangat 45' dalam membangun infrastruktur broadbandnya. Tapi di sisi lain, mereka juga jangan lantas terlena dan terus-terusan cuma menjadi 'petugas pintu tol'.

Itulah salah satu isu yang dilontarkan dalam diskusi Telkomsel Cellular Update yang berlangsung di Nagev Restoran, Jakarta, Kamis (20/12/2012).

Direktur Network Telkomsel Abdus Somad Arief, pihaknya untuk tahun 2012 dan 2013 mendatang akan lebih fokus untuk membangun jaringan broadband. Sebab broadband dianggap sebagai modal dasar bagi pengembangan bisnis Telkomsel di masa depan.

"Broadband itu seperti jalan tol. Tapi tentunya kita tak mau selamanya cuma menjadi 'penjaga pintu tol'," tegas pria yang biasa disapa Asa itu di hadapan media.

'Penjaga pintu tol' yang dimaksud Asa adalah terkait posisi operator yang cuma menyediakan infrastruktur akses data. Namun tidak bisa mengoptimalkan 'jalan tol' tersebut dengan 'kendaraannya' sendiri. Nah, 'kendaraan' yang lalu-lalang di 'jalan tol' broadband itu adalah konten dan aplikasi.

"Telkomsel pastinya juga akan ikut terjun berbisnis menawarkan konten dan aplikasi. Ibaratnya ini (konten dan aplikasi-red.) itu adalah truk yang lewat jalan tol tersebut," lanjutnya.

Dengan strategi tersebut, Telkomsel pun berharap bisnis layanan akses data, aplikasi dan konten bisa menyumbang sepertiga revenue mereka pada tahun 2015.

"Kalau sekarang masih 10% kontribusinya, pada tahun 2015 kita targetkan naik tiga kali lipat jadi sepertiga," Asa menandaskan.

Pemain Aktif vs Pasif

Dalam kesempatan yang sama, Nonot Harsono selaku Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), menyayangkan jika masih ada operator yang cuma menjadi pemain pasif di industri TIK yang sudah sedemikian cepat perkembangannya ini.

Sedangkan pemain aktif itu adalah penyedia gadget dan aplikasi. Untuk itu operator perlu menyadari posisinya dan harus ikut menjadi pemain aktif.

"Seperti yang dilaporkan dari teman-teman ATSI (Asosiasi Telepon Seluler Indonesia), dimana trafik layanan mereka melonjak tajam. Tapi dari sisi pendapatan kok mendatar, nah ini apa yang salah?" tukasnya.

"Termasuk jika mereka telah membangun dan mengoperasikan jalan tol (broadband-red.). Coba dilihat, memang yang lalu lalang di 'jalan tol' tersebut terlihat begitu banyak. Tapi yang bayar membeli cuma sedikit," lanjut Nonot.

Penyedia layanan dan aplikasi inilah yang disebut sebagai pemain over-the-top (OTT). Mereka punya layanan atau aplikasi yang bisa diakses gratis dan berjalan di atas jaringan yang telah dibangun susah payah oleh operator. Di sisi lain, kok operator sebagai pemilik jaringan cuma jadi penonton?

Operator sejatinya memiliki kekuatan yang besar untuk menghadapi geliat pemain OTT asing, seperti Google, Facebook, dan lainnya. Asalkan para operator harus kompak, jangan terbelah.

"Misalnya yang satu setuju bekerja sama dengan BlackBerry, tetapi yang lain tidak. Ini kan bargaining-nya jadi lemah. Seharusnya mereka bersatu untuk merencanakan partnership dengan pemain OTT global," jelas Nonot.

"Jadi intinya adalah, mari bergeser dari operator menjadi kreator!" pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar